Samarinda, 8 September 2023 – Dalam upaya untuk menggali lebih dalam pemahaman tentang pendidikan Islam di Borneo, seorang dosen dari Pascasarjana IAIN Pontianak telah menjadi salah satu pembicara dalam Borneo Islamic International Conference (BIIC) yang digelar di Hotel Bumi Senyiur, Samarinda, Kalimantan Indonesia, mulai tanggal 5 hingga 9 September 2023.

Konferensi internasional ini diadakan oleh UiTM Cawangan Sarawak bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi ternama di kawasan Borneo, termasuk IAIN Pontianak, UiTM Sabah, Unissa Brunei Darussalam, KUPU SB Brunei, Universitas Mulawarman Samarinda, dan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Dalam konferensi di mana Universitas Mulawarman Samarinda menjadi tuan rumah ini, terdapat sebanyak 51 kertas kerja yang disajikan, dengan 7 di antaranya merupakan kertas kerja utama.

Kegiatan ini menampilkan beragam bentuk presentasi, baik dalam sesi plenary maupun parallel session, untuk memfasilitasi diskusi dan pertukaran ide antara para ilmuwan dan akademisi terkemuka di bidang pendidikan Islam.
Salah satu sorotan utama dalam konferensi ini adalah paparan dari utusan IAIN Pontianak, Dr. Erwin, yang membahas kontribusi Maharaja Imam Sambas, H. Muhammad Basiuni Imran (1885-1976), dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan formal. Dr. Erwin mengungkapkan bahwa hasil penelitian literatur ini berhasil membuktikan bahwa isi buku ajar di sekolah dan madrasah pada rumpun ilmu Pendidikan Agama Islam memiliki banyak kesamaan dengan kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Sambas tersebut.
Fokus kajian Dr. Erwin ditujukan kepada tiga dari sebelas karya Basiuni Imran yang meliputi bidang ilmu Akidah-Akhlak, Fikih, dan al-Quran-Hadis. Dalam konteks Fikih, terutama tentang penyelenggaraan fardhu kifayah misalnya, ditemukan kesamaan praktik penyelenggaraannya antara kitab-kitab Basiuni Imran dan praktik lokal yang memperkaya khazanah keislaman.

Dr. Erwin juga menggarisbawahi bahwa melalui penelitian ini, generasi muda terutama dari kalangan pelajar dapat lebih memahami kontribusi ulama-ulama seperti Syekh Ahmad Khatib Sambas, Sykeh Muhammad Basiuni Imran, dan Syekh Ismail Mundu yang berasal dari Tanah Borneo namun memiliki reputasi berkaliber internasional. Hal ini menjadikan mereka sebagai teladan inspiratif bagi pengembangan ilmu agama Islam di Borneo.

Konferensi Internasional ini tidak hanya memperkaya wawasan akademis tentang pendidikan Islam di Borneo tetapi juga mengukuhkan peran penting ulama-ulama lokal dalam membangun pemahaman agama yang berwawasan global. Dengan semangat kolaborasi lintas negara, konferensi ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan budaya Borneo dapat menjadi sumbangan berharga dalam perdebatan akademis global tentang Islam dan pendidikan agama.[]