Pontianak – Pascasarjana.iainptk.ac.id, Dunia Islam saat ini tidak hanya menghadapi tantangan berupa peperangan fisik semata tetapi juga menghadapi perang Pemikiran. Padahal Islam sebagaimana dikemukakan Rasulullah SAW memiliki pandangan yang sangat cemerlang. Namun, bagaimana sesungguhnya upaya yang mesti dilakukan untuk menghadapi tantangan berbagai Pemikiran tersebut agar tetap sejalan dengan nilai-Nilai Islam khususnya di dalam al-Quran.

Hal ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Muhammad Muhammad Dawud (Profesor Fakultas Adab Kampus Qanah Swez Isma’iliyyah Mesir, saat menjadi salah satu narasumber pada Webinar Inernasional Isu-isu Kontemporer dalam Studi Islam yang digelar oleh Pascasarjana IAIN Pontianak, Rabu, 14/06 Malam melalui Plartform Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung dalam Kanal Youtube Pascasarjana IAIN Pontianak.

AL-Quran sendiri menjunjung tingi semangat kemanusiaan dan nilai-nilai toleransi. Seperti contoh di dalam ayat al-Quran ada tata cara bermuamalah antar manusia termasuk umat yang berbeda agama. AL-Qur;an sendiri tidak saja ditujukan kepada kaum Muslim semata melainkan juga bagi seluruh umat manusia di muka bumi.

Selain itu, Dalam al-Quran menerangkan pentingnya hubungan antara masyarakat termasuk yang berbeda agama dengan hubungan rasa kerjasama . Hal ini mengindikasikan pentingnya berloba-lomba dalam kebaikan. Oleh karenanya untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan dengan cara-cara yang baik bukan dengan cara-cara Kekerasan.

Oleh karenanya, Kita perlu menghidupkan rasa saling mengenal antar berbagai kebudayaan yang ada sehingga tidak akan terjadi peperangan dan menjadi terbuka dan tercipta perdamaian sebagaimana termaktub dalam Qs al-Hujurat Ayat 13.

Dalam konteks hubungan antara sesama mukmin dan Muslim perlu kiranya untuk terus memberikan nasihat yang berkenaan dengan prinsip-prinsip keimanan. Selain itu seorang mukmin harus meyakini bahwa Islam mengajarkan kebaikan dan memuliakan manusia dan tidak saling menumpahkan darah.

“Seseorang mukmin perlu senantiasa berlaku adil baik sesama Mukmin maupun dengan lainnya. Baik dalam kondisi damai maupun perang sebagaimana yang disyariatkan Allah SWT dalam al-Quran dimana prilaku adil mendekatkan seseorang pada ketakwaan” ujarnya.

Selain itu, kita perlu memiliki sikap saling tolong menolong tanpa memandang perbedan. Karena sejatnya hadir dalam suasana damai. Dalam al-Quran ditegaskan bahwa tolong menolong dilakukan dalam hal-hal kebaikan dan Taqwa dan jangan tolong menolong dalam keurukan dan permusuhan.

Kita perlu menegaskan prinsip ketauhidan yakni menjunjung tinggi keesaan Tuhan dan menolak berbagai prinsip yang bertentangan dengan prinsip Tauhid tersebut.

Islam juga mengapresiasi hak asasi manusia sangat dimuliakan. Kita Kemudian dilarang untuk membunuh jiwa manusia karena bertentangan dengan prinsip kemuliaan manusia dimuka bumi.

“Keistimawan Islam selanjutnya ialah mengapresiasi kebebasan. Hal ini karena tiap-tiap manusia bebas memilih kepercayaannya masing-masing dan tidak ada paksaan. Tetapi bukan berarti tidak perlu adanya dakwah, namun dakwah dilakukan dengan cara-cara yang bijaksana dan tanpa paksaan” ujarnya.

Rasulullah SAW memberikan contoh hijrahnya ke Madinah disambut dengan penuh damai. Ini adalah salah satu indikasi bahwa Islam hadir dalam suasana penuh damai.

Diakhir paparannya ia menyampaikan bahwa saat Rasulullah SAW berdakwah masih ada umat Nasrani yang membangun Gereja untuk peribadatan. Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya untuk menjaga dan mengamankan harta dan jiwa mereka. Ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW menegakkan prinsip toleransi.

“Islam pada prinsipnya menjunjung tnggi perdamaian dan persaudaraan dalam berislam dan bermuamalah dengan agama lainnya.” Harapnya.