Pendidikan Anak Usia Dini Kunci Membangun Karakter Bangsa
Pontianak, 7 Desember 2024 – Pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi sorotan utama dalam pemaparan Dr. Nur Hamzah Syawal, M.Pd, Ketua Prodi Magister Studi Islam IAIN Pontianak, dalam Seminar Pendidikan bertema “Kolaborasi Pendidikan untuk Keberagaman” di Aula PLHUT Kementerian Agama Kota Pontianak.
Menurut Dr. Nur Hamzah, masa usia dini adalah periode emas dalam pembentukan karakter dan intelektualitas anak. “Pada usia 0-8 tahun, otak anak berkembang pesat hingga membentuk 100 miliar neuron. Jika masa ini tidak dimanfaatkan dengan baik, potensi anak akan terhambat,” ungkapnya.
Ia menambahkan, faktor lingkungan, pendidikan, dan pengasuhan memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan otak anak. “Stimulasi yang baik di usia dini akan memperkuat koneksi antar sel otak. Sebaliknya, lingkungan yang penuh tekanan atau kurang dukungan emosional dapat merusak perkembangan neuron,” jelasnya.
Peran Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Dr. Nur Hamzah menekankan peran guru dan orang tua dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan penuh kasih sayang. “Suasana yang bahagia, baik di rumah maupun di sekolah, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan otak dan mental anak. Guru harus mengajarkan dengan hati, dan orang tua perlu menjadi teladan yang baik,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa pengasuhan yang seimbang antara ibu dan ayah sangat penting. “Anak memerlukan figur pengasuh yang lengkap. Ayah dan ibu memiliki peran yang berbeda tetapi saling melengkapi. Ketidakhadiran salah satu peran ini dapat memengaruhi perkembangan karakter anak,” tambahnya.
Tantangan Pendidikan PAUD di Indonesia. Dalam paparannya, Dr. Nur Hamzah menyoroti minimnya perhatian terhadap pendidikan anak usia dini di Indonesia. Ia mengkritik kebijakan pendidikan nasional yang masih kurang mendukung lembaga PAUD, khususnya Raudhatul Athfal (RA).
“RA di Indonesia belum mendapatkan perhatian yang layak. Belum ada satupun RA negeri yang berdiri meskipun masyarakat lebih memilih RA karena pendekatannya yang berbasis nilai-nilai keagamaan,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan rendahnya jumlah guru laki-laki di PAUD sebagai salah satu tantangan besar. “Ketiadaan guru laki-laki di PAUD membuat anak kehilangan figur pengasuh maskulin yang seharusnya mereka dapatkan. Hal ini harus menjadi perhatian bersama,” tegasnya.
Harapan untuk Perubahan. Mengakhiri paparannya, Dr. Nur Hamzah mengajak semua pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat, untuk memperkuat dukungan terhadap pendidikan anak usia dini. “Pendidikan usia dini bukan hanya tentang anak, tetapi tentang masa depan bangsa. Mari bersama-sama memastikan anak-anak kita mendapatkan fondasi pendidikan yang terbaik,” pungkasnya.
Seminar yang dihadiri oleh para pendidik, akademisi, dan mahasiswa ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai landasan dalam membangun generasi yang unggul dan berkarakter.