PKM-KI Filologis Keraton Tayan
Tayan, 18 November 2025-Mahasiswa Program Doktor Studi Islam, selenggarakan kegiatan PKM-KI di Keraton Tayan, dengan tema Inventarisasi dokumen filologis keraton Pagunegara Tayan. Kegiatan ini melibatkan masyarakat keraton Tayan, dan membawa tokoh ilmuan filologis (Filolog) dari IAIN Pontianak, Prof. Dr. Faizal Amin, M.Ag.
Prof. Faizal Amin, menjelaskan tentang pentingnya pemahaman filologis dalam melihat sejarah.
“Filologis itu, intinya catatan tulis tangan dari orang-orang terdahulu yang merupakan informasi otentik tentang suatu peristiwa, sehingga mudah untuk dihubungkan satu sama lain”, jelasnya.
Dalam kegiatan ini, panitia membagi kegiatan dengan dua sesi, yaitu: pencarian dokumen filologi (Manuskrip dan Ukiran Makam Raja-raja Tayan) yang dipenuhi kaligrafi Arab. Para peserta, panitia dan ahli bersama-sama mengunjungi makam raja-raja Tayan di Dusun Dalam Tayan, Kecamatan Tayan Hilir. Kemudian, penelusuran naskah-naskah kuno yang dimiliki oleh keraton Tayan, baik yang tersimpan di Istana maupun yang masih berada di masyarakat sekitar. Peserta Workshop diarahkan ke rumah-rumah warga yang memiliki naskah kuno.
“Dokumen filologis keraton Tayan memang tak banyak, karena selama ini, ‘Bende ini dianggap tak penting, sehingge tak teruros’. Tapi mungkin, masih ada bahkan banyak yang berada di tangan masyarakat di sekitar. Untuk itu, perlu kita temui masyarakat sekitar”, ungkap Gusti Yusri, Raja Kerajaan Tayan dalam sambutannya.
“Baru kali ini ada kegiatan seperti ini. Ini sangat penting bagi Saya sebagai orang keraton Tayan, dan juga untuk generasi muda. Banyak hal yang terkait sejarah, yang dari mulut ke mulut diceritakan, tapi tidak ada yang pernah menulisnya. Saya khawatir, suatu saat, sejarah keraton Tayan ini menghilang dari dari gerenerasi muda. Makanya, literasi filologis ini penting, setidaknya bisa memahami naskah kuno yang tertulis dalam aksara Arab Melayu”, ungkap Yusuf Sinor.
Kegiatan pencarian data ini diakhiri dengan mengunjungi kediaman Gusti Balia yang merupakan tetua abdi dalem keraton tayan. Beliau ini, sangat menjunjung tinggi adat istiadat keraton Tayan, sehingga belum bersedia menunjukkan naskah yang dimilikinya.
“Benda-benda kuno (naskah) keraton ini adalah pusaka keraton, sehingga perlu diperhatikan adatnya. Untuk membukanya, harus ada ritual adatnya. Jadi, ma’af ya Bapak Ibu, untuk naskah yang ada di Saya, belum dapat Saya perlihatkan, sebelum diselenggarakan ritual khusus”, terang Gusti Balia kepada para peserta, yang didampingi oleh Permaisuri Kerajaan Matan.

