Menggali Jejak Intelektual Kabupaten Sambas dari Masa ke Masa: AMKS Hadirkan Dosen Sejarah Pascasarjana IAIN Pontianak
Kubu Raya, 10 Juli 2024 – Para mahasiswa asal Kabupaten Sambas menggelar sebuah acara bertajuk “Seri Kajian Sejarah Intelektual Kabupaten Sambas dari Masa ke Masa”. Kegiatan ini diadakan di Aula AMKS Sulthan Moehammad Tsjafioeddin, Kubu Raya, dengan menghadirkan Dr. Erwin Mahrus, M.Ag, dosen Sejarah Pendidikan Pascasarjana dari IAIN Pontianak, sebagai narasumber utama.
Dalam paparannya, Dr. Erwin Mahrus menjelaskan bahwa sejarah intelektual adalah cabang ilmu sejarah yang fokus mengkaji sejarah ide-ide, konsep, atau perkembangan intelektual dari satu kawasan. Ia memaparkan bagaimana Kabupaten Sambas memiliki sejumlah tokoh agama yang pemikiran dan gagasannya tetap menjadi ingatan kolektif hingga hari ini.
“Sepanjang penelusuran, sejarah intelektual Kabupaten Sambas sudah terdokumentasi sejak abad ke-18 ditandai dengan kedatangan Abdul Jalil al-Fatani, yang dikenal sebagai Keramat Lumbang. Dari namanya, bisa disimpulkan bahwa Fatani adalah seorang sufi,” ujar Dr. Erwin.
Pada abad ke-19, muncul tokoh-tokoh seperti Syekh Ahmad Khatib Sambas (w. 1875) dan H. Muhammad Saleh (1886 M). Syekh Ahmad menulis kitab “Fath al-Arifin” yang menjadi rujukan penting tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Kitab ini masih dikaji dan dikembangkan melalui pendirian Pondok Pesantren Dar al-Zakirin di Sambas. H. Muhammad Saleh, di sisi lain, memberikan syarah pada kitab “Aqidat al-Awam” dan mengarang “Syair Makrifat”, yang bait-baitnya dilantunkan oleh siswa-siswi MAN Insan Cendekia setiap hari saat memulai pembelajaran.
Dr. Erwin juga menyoroti abad ke-20 sebagai puncak kemunculan tokoh-tokoh ulama dari Sambas, seperti H. Muhammad Sa’ad, H. Muhammad So’od, H. Abdurrahman Hamid, H. Muhammad Syafi’, Imam Muhammad Jabir (w. 1947), Muhammad Basiuni Imran (w. 1976). Mereka menghasilkan banyak karya yang mencakup berbagai bidang ilmu keislaman seperti tauhid, fikih, tafsir, dan sejarah Islam. Jaringan yang mereka bangun tidak hanya di kawasan Asia Tenggara, melainkan telah menjangkau dunia Islam.
Sepeninggal mereka, tokoh-tokoh dari Kabupaten Sambas bercita-cita mengembalikan citra Sambas sebagai salah satu pusat belajar agama Islam di masa lalu dengan mendirikan Pondok Pesantren Muhammad Basiuni Imran pada tahun 1979, dengan harapan dapat melahirkan kembali tokoh-tokoh besar yang pernah membesarkan nama Sambas di kancah dunia internasional.
Kegiatan ini berhasil mengundang antusiasme berbagai kalangan. Peserta merasa mendapatkan banyak wawasan baru tentang sejarah intelektual Kabupaten Sambas dan pentingnya melestarikan warisan intelektual yang ada.
“Acara ini sangat bermanfaat, kami jadi lebih memahami sejarah intelektual di daerah kami dan inspirasi dari tokoh-tokoh besar yang pernah ada,” ungkap salah satu peserta.