Mahasiswa MPAI Teliti Negosiasi Identitas Tionghoa dalam Pendidikan Islam di Sekolah Negeri

Pontianak – Dalam kegiatan Studium General dan seminar Internasional yang dilaksanakan pada 8 September 2025 di Aula A. Rani Mahmud. Muhardi, mahasiswa Program Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) semester 3, menyoroti bagaimana pendidikan Islam di sekolah negeri multietnis dapat menjadi ruang negosiasi identitas, khususnya bagi siswa Tionghoa. Penelitian lapangan yang ia lakukan di SMP Negeri 2 Kota Pontianak menunjukkan bahwa pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai sarana transmisi nilai keagamaan, tetapi juga sebagai medium pertemuan lintas identitas kultural dan religius.

Dalam kesimpulannya, Muhardi menemukan bahwa meskipun pelajaran agama dilaksanakan secara terpisah sesuai agama masing-masing siswa, interaksi sosial sehari-hari di sekolah berlangsung inklusif, dialogis, dan terbuka. Siswa dari berbagai latar belakang agama termasuk Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu membangun relasi yang harmonis di dalam maupun di luar kelas.

Ia juga menegaskan bahwa nilai-nilai Islam yang diajarkan, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi, bersifat universal dan mampu menjembatani perbedaan keyakinan. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) berperan penting sebagai agen budaya dengan menghadirkan pendekatan humanistik dan kontekstual, sehingga siswa dari berbagai etnis dan agama merasa dihargai.

Pengalaman siswa Tionghoa, baik Muslim maupun non-Muslim, menunjukkan bahwa pembelajaran agama Islam justru memperkaya identitas mereka dan tidak menimbulkan diskriminasi. Bahkan, orang tua siswa mengapresiasi iklim keterbukaan sekolah yang dinilai mendidik anak-anak untuk saling menghormati sejak dini.

Menurut Muhardi, model pendidikan inklusif ini dapat menjadi kontribusi penting bagi pengembangan pedagogi agama di Indonesia. “Pendidikan Islam di sekolah negeri multietnis mampu memperkuat kohesi sosial dan membentuk karakter inklusif generasi muda,” tegasnya.

Similar Posts