Prof. Dr. Ibrahim, MA: Dinamika Komunikasi Islam-Indonesia Merupakan Keniscayaan yang Perlu Direspons Secara Etis dan Inovatif
Pascasarjana IAIN Pontianak. Dalam diskusi ilmiah “Parade Isu-Isu Terkini” (PARIT), Prof. Dr. Ibrahim, MA mengungkapkan pandangannya tentang Dinamika Komunikasi Islam-Indonesia. Dalam forum yang diinisiasi oleh Dr. Syahbudi, M.Ag ini, Prof. Ibrahim menyampaikan apresiasi tinggi terhadap terselenggaranya kegiatan tersebut sebagai satu-satunya program diskusi akademik yang rutin membahas isu-isu aktual di lingkungan civitas akademika.
“Saya mengapresiasi diskusi Parade isu-isu terkini (PARIT) ini. Ini satu-satunya program diskusi ilmiah di lingkungan akademisi yang diinisiasi oleh Dr. Syahbudi, M.Ag. Sederhana namun sangat bermakna karena memanfaatkan seni budaya lokal dalam menyampaikan pesan,” ungkap Prof. Ibrahim.
Dalam paparannya, Prof. Ibrahim menjelaskan bahwa dinamika komunikasi dalam konteks Islam di Indonesia mengalami perubahan signifikan dari waktu ke waktu. Bentuk komunikasi tatap muka (face to face) melalui ceramah, pengajian di surau dan masjid, serta kegiatan seni budaya tetap memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dakwah. Namun, di era digital saat ini, komunikasi dakwah mengalami pergeseran dari pola konvensional menuju pola yang lebih modern dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Menurutnya, seorang dai atau komunikator Islam dituntut tidak hanya mahir menyampaikan pesan secara lisan, tetapi juga harus terampil memanfaatkan berbagai media komunikasi modern seperti media sosial, podcast, hingga video pendek yang kini lebih diminati generasi muda.
“Peluang komunikasi Islam di era digital sangat besar, namun di sisi lain, kita juga dihadapkan pada tantangan serius. Misalnya, munculnya disinformasi, konten provokatif, dan penyalahgunaan ruang digital atas nama agama,” jelasnya.
Dalam menghadapi dinamika tersebut, Prof. Ibrahim menekankan pentingnya penanaman dan penerapan etika komunikasi, terutama dalam konteks perubahan yang begitu cepat di era digital. Ia menyebut bahwa perkembangan dan perubahan dalam dunia komunikasi adalah sesuatu yang niscaya dan tidak bisa dihindari, namun perlu direspons dengan bijak dan berbasis nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
“Etika komunikasi harus menjadi fondasi utama dalam setiap bentuk komunikasi, apalagi ketika kita memasuki era yang penuh kebebasan namun minim kontrol seperti sekarang ini,” tambahnya.
Diskusi yang berlangsung hangat ini menguatkan kesadaran akan pentingnya pembaruan pendekatan komunikasi dakwah, sekaligus membangun sinergi antara tradisi keislaman dengan kecanggihan teknologi digital demi menjawab tantangan zaman.
