Pontianak, 13 Oktober 2023 Pascasarjana IAIN Pontianak mengadakan Diskusi Nasional yang berjudul Hasil Riset Multidisipliner Pendidikan Islam di Era Masyarakat 5.0. kegiatan diskusi ini dilaksanakan secara offline di Pascasrjana IAIN pontiank ruang 303 dan online.Diskusi ini digelar dalam rangka meningkatkan atmosfir akademik di lingkungan pascasarjana IAIN Pontianak yang berdampak pada mahasiswa di berbagai PTKI/PTU. Desimenasi hasil riset ini diharapkan menjadi inspirasi bagi bagi masyarakat khususnya mahasiswa pascasarjana yang akan melakukan penelitian dengan pendekatan multididipliner. Acara dibuka oleh Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak Prof. Dr. H. Zaenuddin, MA memberikan Opening Speech di dalam kesempatan ini dan juga memberikan apresiasi yang sedalam-dalamnya atas hasil riset yang diungkapkan dengan tema Pendidikan Islam di Era Society 5.0.

Diskusi Nasional tersebut terdiri dari empat Narasumber dari empat Perguruan Tinggi yang berbeda. Pemateri yang pertama ada Prof. Dr. Yusuf Hanafi, M.Fil.I dari Uneversitan Negeri (UM) Malang yang mengangkat tema Pendidikan Islam di Era Digital: Tantangan dan Respons. Kemudian Dr. Muhammad Zalnur, M.Ag dari UIN Imam Bonjol,  mengangkat tema Akar Serabut Pendidikan Islam: Studi Etnografi Lembaga Pendidikan di Sumatera Barat. Di lanjutkan oleh Dr. Sukino, M.Ag dari IAIN Pontianak yang mengungkap hasil riset tentang Lembaga Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial pada Komunitas Rural. Dan terakhir Dr. Muhammad Miftah, M.Pd dari IAIN Kudus yang mengangkat tema Politik Kebijakan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi (Resepsi Negosiasi dan Model Implementasi), dengan Akbar Syukrian yang menjadi Moderator di dalam Acara Diskusi Nasional tersebut. Acara dipandu oleh Moderator yang berpengalaman yakni Akbar Syukrian, M.Pd (mahasiswa semester III MPAI IAIN Pontianak)

Penyampaian pertama dari Prof. Yusuf Hanafi yang memaparkan terkait Tantangan Pendidikan Islam di masa kini, dan juga mengungkap Sisi Gelap dari Digitalisasi Dunia Pendidikan yang sudah terjadi pada masa sekarang ini. Begitu juga dengan Sisi Gelap Pengajaran PAI yang dianggap masih berpikir Teologis, Normatif dan Monodisiplin. Padahal Pengajaran PAI sarat akan kontekstual yang bermakna tidak hanya untuk pendidik tapi juga bagi peserta didik. Adapun Prof. Yusuf Hanafi menawarkan Orientasi Baru Pembelajaran PAI yang berbasis Edukasi Sosial yaitu Membangun kesalehan individual-vertikal sekaligus membangun kesalehan sosial-horizontal. Selanjutnya, menanamkan Moderasi Beragama yang berfokus pada menghormati diri sendiri dan juga orang lain. Selanjutnya Pengajaran PAI mesti peka dengan realitas sosial dan kebutuhan global, sekaligus mengajarkan Islam yang inklusif, toleran dan multikultural.

Selanjutnya, penyampaian yang kedua yaitu Dr. Sukino, M.Ag yang mengungkapkan tentang Fungsi Laten Lembaga Pendidikan Islam dalam Perubahan Sosial yang ada ada Komunitas Rural. Hal ini beranjak dari Teori Struktural Fungsional Robert King Merton yang mengungkapkan adanya kesatuan fungsional sempurna dari suatu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta yang ada. Hal tersebut, disebutkan bahwa hal ini dapat dijelaskan dalam masyarakat tertentu tetapi terjadi disfungsi pada masyarakat yang lain.

Kemudian, Dr. Muhammad Zalnur, M.Ag yang mengungkapkan terkait dengan Lembaga Pendidikan Islam Tradisional di Padang dan di dalam setiap Lembaga Pendidikan tersebut memiliki fungsi dan keunikannya. Adapun yang disorot dalam penelitian ini adalah Surau yang menjadi pendidikan Islam di masa awal. Menurutnya, Lembaga Pendidikan Islam di Padang salah satunya adalah Surau bukan hanya sebagai tempat belajar dan juga bimbingan spiritual, tetapi bisa juga menjadi tempat membangun hubungan sosial di masyarakat.

Kemudian yang terakhir yaitu Dr. Muhammad Miftah, M.Pd yang menyampaikan terkait dengan Politik Kebijakan mengenai Moderasi Beragama. Ada tiga hal utama yang menjadi temuan riset tersebut. Pertama, mengenai resepsi kebijakan moderasi beragama di lingkungan PTKIN untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menginterpretasi Moderasi Beragama. Kedua, Internalisasi Moderasi Beragama di Lingkungan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan juga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Adapun yang ketiga, Model Implementasi Moderasi Beragama yang menurutnya bisa diungkapkan menjadi dua bentuk yaitu bentuk sistemik dan formal akademik dan informal akademik.

Terakhir, menurut Kaprodi MPAI Dr. Sukino, M.Ag kegiatan diskusi dan webianar Nasional akan berlanjut setiap 2 pekan dan akan melibatkan banyak akademisi dari berbagai pasasarjana di dalam dan luar Negeri. Terima kasi kami ucapkan kepada para narasumber yang telah mendedikasikan ilmunya pada kesempatan ini, mereka merupakan mitra kerjasama pascasarjana IAIN Pontianak.

Penulis berita:
Amar Maruf, S.Pd (mahasiswa Prodi MPAI IAIN Pontianak)